Sejarah Asal Muasal Nama Tasikmalaya
Tulisan ini bermula dari niat awal ane untuk baca-baca tentang artikel Pati Unus, pahlawan yang pernah melakukan penyerangan ke Portugis yang sejak tahun 1511 Masehi berkuasa di Melaka. Seperti biasanya tiap kali membaca artikel sejarah ane selalunya seakan terbawa emosi bagaimana kehidupan pada masa itu.
Pati Unus atau disebut juga dengan gelaran Pangeran Sabrang Lor memang gagal dalam upayanya merebut kota Melaka dari Portugis, namun begitu upayanya patut kita hargai dengan setinggi-tingginya. Ane sebagai anak Melayu tempatan dari Kepulauan Riau yang gemar mempelajari sejarah dan budaya Melayu merasa berhutang budi kepada Pati Unus atas upaya beliau tersebut.
Penyerangan Pati Unus terhadap Portugis itu menjadi simbol betapa sebenarnya antara orang Melayu dan orang Jawa pada masa lampau memang sudah saling tolong menolong seperti saudara. Memang ada beberapa konflik antara Jawa dan Melayu seperti perang masa lampau pada masa “eskpedisi Pamalayu”. Dan ada juga oknum-oknum Jawa dan Melayu yang membuat kedua-dua suku seolah saling mencurigai. Namun ketika ada kendala besar dari pihak luar yang ingin menghancurkan salah satunya, kedua suku terbesar di Nusantara ini bersatu padu menentang musuh yang sama.
Dalam syair Melayu lama ada berbunyi “kalau rubuh kota Melaka, papan di Jawa hamba dirikan”. Disini terlihat jelas betapa orang Melayu mempunyai kisah kekerabatan pada masa lampau yang mungkin belum semuanya dapat kita telusuri. Namun fakta sejarah penyerangan Pati Unus ke Melaka untuk merebut kota itu dari Portugis tak terbantahkan, telah menjadi bukti nyata bahwa Jawa dan Melayu itu ibarat saudara kandung. Namanya saudara kandung tentulah ada persaingan antara keduanya, tetapi talian darah tersebut tak dapat diputus begitu saja.
Ane juga membaca artikel tentang Pati Unus dari laman wikipedia. Dan disana ane menemukan sebuah informasi yang membuat hati terasa tergetar. Yaitu ketika Pati Unus syahid di Melaka dan tentara Jawa terpaksa berundur dari Melaka ternyata dalam rombongan pulang itu terdapat juga tentara-tentara Melayu yang ikut hijrah ke Jawa. Ane membayangkan betapa sedih dan pilu hati orang-orang Melayu yang ikut rombongan Jawa kembali ke Jawa itu, itu semua karena terpaksa karena kampung halamannya telah dikuasai oleh Portugis. Tak lebih kurang rasa sedih juga dirasakan orang-orang Jawa yang harus banyak berguguran dalam perang di Melaka dan mereka harus kehilangan pemimpin yang mereka sayangi.
Didalam rombongan yang kembali ke tanah Jawa ini, para tentara Melayu itu kemudian bersama-sama dengan Orang Jawa (Kerajaan Demak), melakukan upaya memperkuat iman masyarakat Jawa kepada Islam. Sepertinya anak Pati Unus yang juga ikut bertempur di Melaka yang kembali dengan selamat yaitu Raden Abdullah tau bahwa menghadapi musuh yang memiliki senjata serta strategi perang yang lebih handal dari kita maka kita harus memperkuat keimanan terlebih dahulu.
Keturunan tentara Melayu yang sebelumnya bersetia kepada Pati Unus lalu kemudian Raden Abdullah itu juga sampai ke anak mereka tetap setia kepada Raden Surya (Cucu Pati Unus). Keturunan dari tentara Melayu itu kemudian ikut serta bersama askar Islam Cirebon untuk mengislamkan Priangan Timur dengan jalan damai. Dalam laman wikipedia itu juga disebutkan bahwa Raden Surya yang dibantu oleh keturunan tentara Melayu itu sampai di Sukapura lalu kemudian memberi nama sebuah daerah dengan nama Tasikmalaya. Dimana dalam bahasa Melayu Tasik itu adalah “danau” sedangkan Malaya itu adalah istilah untuk kawasan Semenanjung yang didiami orang-orang Melayu. Jadi kalau diartikan Tasikmalaya artinya adalah “Danau Melayu”. Serta merta ditelinga ane langsung terngiang sebuah lagu berjudul “Cinta Bandar Tasik Selatan” yang dinyanyikan OLAN seorang musisi Malaysia.
Ane pun merasa terharu dengan kisah asal muasal nama Tasikmalaya itu. Terlintas di benak ane, apakah masih ada masyarakat Tasikmalaya kini yang mengetahui jalur sislisah nenek moyang mereka ratusan tahun yang lalu. Apakah masih ada orang Tasikmalaya sekarang yang merupakan keturunan dari tentara-tentara Melayu Melaka itu?
Penasaran akhirnya ane searching kembali untuk menemukan informasi tentang asal muasal nama kota Tasikmalaya itu. Namun sayangnya informasi serupa yang ane temui sebelumnya tidak memberikan kunci kearah sejarah lama tersebut.
Berikut ini informasi yang ane dapatkan dari sebuah blog yang membahas tentang asal usul kota Tasikmalaya.
“Mula-mula Kota Tasikmalaya dikenal sebagai bagian dari Umbul Galunggung atau Indihiang, yang termasuk Kabupaten Parakanmuncang. Kemudian sejak 1820 muncul nama distrik Tasikmalaija op Tjitjariang (Tasikmalaya atau Cicariang) dan inilah kali pertama nama Tasikmalaya mengemuka dalam sejarah sebagai nama sebuah wilayah.
Pada 1839, Distrik Tasikmalaija op Tjitjariang diringkas menjadi Distrik Tasikmalaija dan pada 1901 distrik tersebut dimasukkan sebagai bagian dari wilayah Kabupaten Sukapura. Perubahan yang sangat berarti terjadi pada 1913, karena sejak itu secara resmi Kabupaten Sukapura berubah nama menjadi Kabupaten Tasikmalaya. Perubahan ini mengikuti nama ibukota kabupaten sesuai dengan kebijakan kolonial Hindia Belanda.”
Kemudian dijelaskan juga bahwa kata “Tasik” berarti “danau” sedangkan Malaya berarti “Jajaran gunung”. Dengan demikian Tasikmalaya dapat diartikan sebagai “Danau di jajaran gunung/pegunungan”.
Pendapat lain mengenai asal muasal Tasikmalaya dapat kita lihat dari seorang ahli Geologi bernama M.M Purbo Hadiwidjoyo dimana menurutnya kata Tasikmalaya berasal dari kata “Tasik” yang berarti “Danau” sedangkan “Ma” pada tasik itu hanya sebuah kata depan, lalu “Laya” berarti “mati”. Sehingga dengan demikian Tasikmalaya dapat diartikan sebagai “Danau mati” atau “Danau dimana terdapat banyak mayat terapung”. Hal ini dikaitkan dengan bencana letusan Gunung Galunggung pada 12 Oktober 1822.
Dua pendapat yang saya dapatkan selain dari laman wikipedia itu bertarikh abad 19, sedangkan tentara Melayu yang ikut rombongan Jawa kembali ke Jawa selepas perang dengan Portugis terjadi pada kisaran abad 16. Ada jarak 300 tahun yang tentunya bukan sebentar. Kalau ane sendiri sepertinya lebih masuk akal jika Tasikmalaya berasal dari kata “Danau Malaya” untuk mengenang tentara Melayu yang pernah berada di tanah Jawa pada abad ke 16 itu. Namun, sepertinya kita harus menunggu penelitian ahli sejarah lainnya terkait sepak terjang para leluhur kita di Nusantara ini. Semoga sejarah yang sebenarnya dapat terkuak, perlahan tapi pasti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar