Kisah Nabi Adam Alaihissalam
Nabi Adam AS merupakan manusia pertama yang hidup baik itu di surga ataupun didunia. Nabi Adam AS selain sebagai manusia pertama di muka bumi juga sekaligus merupakan Nabi pertama bagi seluruh umat manusia di dunia.
Nabi Adam diciptakan dari unsur tanah, dan hidup bersama-sama dengan makhluk ciptaan ALLAH lainnya di surga. Kisah Nabi Adam tertulis di Al Qur’an seperti di Surah Al-Hijr : 27 yang berbunyi :
“dan kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas” (QS. Al-Hijr : 27)
Dari Ayat ini kita mendapat informasi bahwa Jin telah lebih dahulu diciptakan sebelum diciptakannya Ayah umat manusia yaitu Adam AS. Disebutkan juga bahwa jin diciptakan dari api yang sangat panas.
Di surga telah hidup bangsa Malaikat dan Jin sebelem diciptakannya Manusia. Dikemudian hari para Jin yang ingkar dan berkhianat kepada ALLAH disebut sebagi iblis atau setan. Jika bangsa Jin diciptakan dari api, malaikat pula diciptakan dari Nur atau cahaya. Berbeda 180 derajat dari bangsa Iblis yang membangkang terhadap ALLAH, Malaikat adalah bangsa yang sangat patuh terhadap ALLAH. Dan malaikat merupakan penyampai informasi langsung dari ALLAH kepada para Nabi untuk disampaikan kepada umat manusia.
Penciptaan Nabi Adam AS
Saat pertama ALLAH hendak menciptakan manusia terjadi dialog antara malaikat dan ALLAH yang terekam dalam Surah A-Baqarah ayat 30 yang berbunyi :
“ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : “sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi. “mereka berkata: “Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman : “sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al-Baqarah:30)
Dari Surah Al-Baqarah ayat 30 ini kita mendapat informasi bahwa ketika ALLAH hendak menciptakan manusia di muka bumi ALLAH terlebih dahulu menyampaikan hal itu kepada para malaikat yang kemudian di respon oleh Malaikat dengan bertanya kepada mengapa harus diciptakan manusia yang akan membuat kerusakan dimuka bumi padahal malaikat jelas-jelas taat setia kepada ALLAH. Dari respon Malaikat ini seolah terkesan bahwa malaikat telah lebih pernah melihat adanya suatu kaum yang menyerupai manusia yang hidup di era sebelum Adam AS diciptakan dan kaum itu menumpahkan darah atau berbuat kerusakan dimuka bumi. Namun ALLAH langsung menekankan bahwa ALLAH maha mengetahui dari setiap apa yang terjadi di alam raya ini.
Ayat ini selain menyiratkan tentang adanya kaum sebelum manusia juga menekankan bahwa ALLAH memiliki hak prerogatif terhadap apa yang terjadi di alam raya. Makhluk sehebat Malaikat pun tetaplah makhluk yang merupakan ciptaan ALLAH dan ALLAH sajalah yang berhak untuk mengatur alam raya secara total tanpa perlu diberi nasehat oleh makhluk ciptaannya.
Dari surah Al-Baqarah ayat 30 ini juga ada sebagian sejarawan yang mengaitkan bahwa para malaikat pernah melihat aksi kaum terdahulu sebelum manusia yang telah membuat kerusakan dimuka bumi. Dan para sejarawan mengaitkan hal itu dengan adanya “para manusia purba” yang hidup diantara 20 juta tahun yang lalu. Namun karena manusia purba itu tidak mematuhi perintah ALLAH maka diciptakan manusia untuk kemudian menata bumi dengan lebih baik.
Hingga kemudian pada suatu hari sampailah saatnya ketika manusia diciptakan lalu ALLAH memerintahkan para Malaikat dan Jin untuk sujud sebagai penghormatan kepada manusia yang akan menjadi pemimpin di dunia. Malaikat yang patuh terhadap ALLAH sujud namun sebagian bangsa Jin yang disebut Iblis tidak mau bersujud kepada manusia. Kerana bangsa Iblis merasa manusia hanyalah makhluk hina yang diciptakan ALLAH dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur yang diberi bentuk.
Karena keangkuhannya Iblis pun dihukum untuk keluar dari surga. Sejak saat itu Iblis yang cemburu dan dendam kepada manusia terus berusaha untuk menyesatkan umat manusia agar mengikuti sifat Iblis.
Kejadian diusirnya Iblis dari surga ini tercatat jelas dalam Surah Al-Hijr ayat 27-40 yang berbunyi :
”Dan kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat “sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah
menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali Iblis. Ia enggan ikut bersama-sama (Malaikat) yang sujud itu. ALLAH berfirman : “Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?” berkata iblis : “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”. Allah berfirman : “Keluarkan dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk, dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat”. Berkata iblis : “ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan”. ALLAH berfirman : “(kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan” iblis berkata “ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya kecuali hamba-hamba Engkau yang berbuat kebaikan diantara mereka”. (QS. Al-Hijr: 27-40)
Dari surah Al-Hijr ayat 27-40 itu terekam jelas awal mula kejadian manusia yang diciptakan dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk lalu kemudian ditiupkan nyawa. Ini seharusnya membuat kita sadar bahwa secantik apapun wujud fisik kita, kita tak lebih dari suatu benda mati (lumpur hitam) yang diberi nyawa. Ini membuat kita seharusnya tidak boleh sombong terhadap bentuk fisik kita dan apa yang kita miliki.
Sejak awal manusia hendak diciptakan telah terjadi dialog antara ALLAH dan Malaikat yang membuat Malaikat segera bertobat dan memohon ampun kepada ALLAH karena pada surah Al-Baqarah Ayat 30 dapat dibaca bahwa Malaikat seolah meramal-ramal makhluk ciptaan ALLAH dan memvonis seolah semua manusia akan membuat kerusakan di muka bumi. Padahal buktinya tidak demikian adanya, manusia yang berbuat kerusakan di bumi adalah kaum yang telah tersesat dan memilih jalan iblis, sedangkan orang-orang yang beriman tetap akan menjaga kelestarian bumi dan akan menuju jalan ALLAH.
Lain Malaikat lain pula iblis. Jika malaikat segera bertobat setelah melakukan khilaf. Iblis justru seolah tidak menyesali perbuatan salahnya. Dan seakan menyusun muslihat untuk melawan ALLAH dengan menyesatkan ramai umat manusia dengan harapan bisa memberontak dikemudian hari. Padahal sebanyak apapun tentara iblis dan sebanyak apapun manusia yang mengikutinya tetap tidak akan mampu memenangkan pertempuran menghadapi kekuatan ALLAH yang maha perkasa.
Adam AS Diajari Ilmu Pengetahuan
Dalam surah Al-Baqarah Ayat 31-32 tertulis
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman :”Sebutkanlah kepada-ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!” Mereka menjawab : “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Dari ayat ini dapat kita ketahi betapa sayangnya ALLAH kepada Adam AS dan mengajarinya berbagai macam benda-benda secara detail dan disisi lain Malaikat dengan kepatuhannya tunduk dan merendahkan diri serendah-rendahnya terhadap keputusan ALLAH.
Diciptakannya Hawa Sebagai Pendamping Adam AS
Pada awal penciptaannya Adam AS hidup sebagai satu-satunya Manusia di surga. Hingga akhirnya ALLAH dengan kekuasaanya menciptakan Siti Hawa sebagai teman hidup Adam AS. Kejadian ini terekam dalam surah Al-A’raf : 189 yang berbunyi :
“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya”
Para Ulama ada yang menafsirkan ayat ini dengan berpendapat bahwa Siti Hawa berasal dari tulang rusuk Adam AS. Tapi perlu dicatat bahwa tidak ada satupun Ayat di Al-Qur’an yang menyebut bahwa Hawa berasal dari tulang rusuk Adam AS.
Supaya lebih jelasnya ada baiknya kita terus memperdalami ilmu Agama dengan bertanya kepada para ulama untuk mendapat jawaban yang lebih konkrit.
Tragedi Di Usirnya Adam AS dan Siti Hawa Dari Surga Ke Dunia
Dengan diciptakannya Siti Hawa sebagai pendamping Adam AS. Hal ini membuat Adam AS bahagia. Namun membuat Iblis semakin iri hati kepada keduanya. Sehingga Iblis berupaya dengan sedaya upaya untuk menjadikan Adam AS melanggar larangan ALLAH. Yaitu memakan buah larangan (kuldi).
Hasutan Iblis kepada Adam AS dan Siti Hawa itu tercatat dalam Surah Al-A’raf ayat 20-22 :
“Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata : “Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)”. Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. “sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua”, maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka : “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”
Setelah mendengar apa yang difirmankan ALLAH. Adam AS dan Hawa menyesal dan segera memohon ampun “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf :23)
ALLAH yang maha pengasih dan pengampun menerima taubat Adam AS. Inilah yang menjadi pembeda antara manusia dan iblis. Sepatutnya sebagai manusia ketika kita berbuat dosa kita langsung memohon ampun kepada ALLAH, bukannya malah menganggap enteng kesalahan yang diperbuat itu. Sebagaimana iblis, yang ketika berbuat salah, gengsi untuk meminta maaf dan memohon ampun.
Dalah Surah Al-Baqarah ayat 37 berbunyi
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka ALLAH menerima taubatnya. Sesungguhnya ALLAH maha penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah :37)
Namun untuk itu manusia tetap harus menjadi hukuman dari ALLAH. Yaitu sebagai masa percobaan kepada manusia untuk hidup di Surga. Karena kenyataannya manusia pernah hidup di surga, namun untuk hidup disana kita harus menjalani terlebih dahulu berbagai macam cobaan di dunia. Jika kita menjadi hambanya yang beriman selama di dunia maka kita akan kembali hidup di surga dan kekal didalamnya.
Dalam surah Al-A’raf ayat 24 ALLAH berfirman :
“ALLAH berfirman : “Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan”. (QS. Al-A’raf 24)
Dengan demikian turunlah Adam AS dan Siti Hawa kedunia untuk memulai masa percobaan. Saat turun kedunia Adam AS dan Siti Hawa terpisah hingga akhirnya kembali ditemukan di Jabal Rahmah. Dari sini terlihat bahwa seorang pria membutuhkan keberadaan wanita dan begitu juga sebaliknya.
Kini telah ada bermilyaran manusia yang hidup di dunia sebagai penerus generasi Adam AS dan Siti Hawa. Masing-masing dari kita menghadapi cobaan masing-masing untuk menuju tempat penciptaan manusia yang semula yaitu surga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar