3 alasan kenapa Indonesia tidak harus membenci Malaysia - Nutritionisthits

Nutritionisthits Situs Berisi Artikel Umum Terbaik

Home Top Ad

Iklan Adsense Disini Ya

Post Top Ad

Your Ad Spot

5/30/2016

3 alasan kenapa Indonesia tidak harus membenci Malaysia

3 alasan kenapa Indonesia tidak harus membenci Malaysia

Sanksi FIFA untuk Indonesia sudah dicabut. Kini kita bisa kembali melihat timnas Indonesia berlaga di ajang internasional. Hampir setahun kita merindukan aksi timnas Indonesia di lapangan hijau, kini kita sudah bersiap untuk kembali melihat aksi Evan Dimas dan kawan-kawan diajang internasional.

Ajang terbesar yang akan disertai Indonesia tahun ini adalah Piala AFF yang akan berlangsung pada tanggal 19 November hingga 17 Desember. Piala AFF tahun 2016 kali ini akan berlangsung di Myanmar dan Filipina.

Rasanya tak sabar untuk segera menyaksikan laga pertama timnas di Piala AFF. Seperti piala-piala AFF sebelumnya laga yang sebenarnya paling di nantikan semua penggemar sepakbola di tanah air adalah laga Indonesia berhadapan dengan Malaysia. Laga Indonesia dan Malaysia memang sarat gengsi. Hampir disemua gelaran olahraga sebenarnya laga Indonesia dan Malaysia menjadi laga panas, persis seperti laga antara Cina dan Jepang diberbagai even olahraga. Namun ada sesuatu yang menjadi tambahan panasnya laga antara Indonesia dan Malaysia yaitu adanya isu “saling membenci” antara kedua negara, hal ini berkaitan dengan isu “klaim budaya” dan beberapa kasus perebutan wilayah antara Indonesia yang pernah terjadi beberapa tahun yang lalu (Sipadan & Ligitan). Berbeda dengan laga Cina dan Jepang yang dipenuhi faktor sejarah, laga Indonesia dan Malaysia justru dikarenakan perkembangan kekinian.

Saya sangat senang melihat persaingan antara Indonesia dan Malaysia di berbagai macam even olahraga terumata even Sepakbola, namun saya sangat kecewa apabila selesai ajang Sepakbola, kedua negara masih saling menghujat didunia maya. Ini mengesankan kedua negara sama-sama memiliki dendam kesumat yang lain, yang dikaitkan dengan konflik “konfrontasi” yang pernah terjadi pada era tahun 1960an.

Saya sangat kecewa dengan orang-orang Indonesia yang berlagak nasionalis lalu secara semena-mena membenci Malaysia tanpa alasan yang jelas. Kalau kita ingin diakui sebagai bangsa yang besar dan bijak kita seharusnya tidak boleh bersikap demikian. Entah kenapa bagi sebagian orang, membenci Malaysia adalah tanda adanya rasa nasionalis didalam jiwa mereka. Padahal untuk menjadi seorang yang nasionalis tidak perlu dan tidak harus mencari musuh diluar Indonesia. Apalagi negara serumpun yang memiliki keakraban yang kental dengan Indonesia.

Berikut ini saya jelaskan 3 alasan kenapa Indonesia tidak harus membenci Malaysia:


Kita Sama-Sama Berasal Dari Akar Budaya Yang Sama

Jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa ke Asia Tenggara,  telah berkembang berbagai macam kerajaan kuat di Indonesia dan Malaysia yang silih berganti menguasai lebih dari separuh kawasan Asia Tenggara. Harus diingat pada saat itu belum ada istilah Indonesia ataupun Malaysia, kedua negara masih sama-sama membangun peradaban tanpa pembatas negara seperti sekarang.

Transmigrasi antara penduduk kawasan Indonesia dan Malaysia telah terjadi sejak ribuan tahun yang lalu. Dan kedua negara ini memiliki kekuasaan yang luas hingga ke Vietnam, Laos, Kamboja, Thailand serta Filipina.

Kerajaan-Kerajaan yang termasyhur dan kuat yang berada dalam lingkup sejarah Indonesia dan Malaysia pernah menguasai beberapa kawasan di Asia Tenggara dan Asia Selatan dan disegani diseluruh kawasan Asia diantaranya ialah sebagai berikut:

Kerajaan Langkasuka (Kerajaan Melayu Lama yang berpusat di perbatasan Thailand dan Malaysia)
Kerajaan Sriwijaya ( Yang berpusat di Sumatera dan Semenanjung Malaya)
Kerajaan Majapahit (Yang berpusat di Jawa)

Masih banyak Kerajaan-Kerajaan lain yang memiliki pengaruh kuat penyebaran budaya antara Malaysia dan Indonesia hingga kehari ini. Perpindahan penduduk dari Jawa, Bugis, Melayu, Dayak dan sebagainya telah terjadi sejak ribuan tahun yang lalu tak heran dikemudian hari ditemui banyak kesamaan antara berbagai budaya, termasuk juga budaya yang kini ada di Malaysia dan Indonesia.

Secara resmi sebenarnya Indonesia dan Malaysia mulai terkotak-kotak oleh pemisahan kekuasaan penjajahan antara Inggris dan Belanda melalui traktat London, dimana Inggris fokus untuk menguasai Semenanjung Malaya, Singapura dan Serawak sedangkan Belanda memiliki hak untuk menaklukkan Kerajaan yang berada di Selatan kawasan-kawasan Inggris tersebut. Untuk itu terjadi pertukaran daerah jajahan antara Inggris dan Belanda, dimana Inggris menyerahkan Bengkulu kepada Belanda sedangkan Belanda menyerahkan Melaka kepada Inggris. Hal ini yang dikemudian hari disesalkan Belanda.

Negara Malaysia dan Indonesia sebenarnya memiliki suku bangsa yang identik satu sama lainnya. Hanya saja sejara umum suku di Indonesia lebih heterogen dari Malaysia. Namun terbukti hingga kini masyarakat di Malaysia juga memiliki banyak komunitas ataupun penduduk Jawa di Selangor, suku Minangkabau di Negeri Sembilan serta suku Bugis di hampir semua kawasan di Malaysia. Sedangkan di Indonesia ada banyak daerah yang memiliki kultur budaya Melayu yang kental seperti di Malaysia, contohnya Kepulauan Riau, Riau, Bangka Belitung, Sumatera Utara (Deli Serdang), Kalimantan Barat (Sambas, Pontianak dan Mempawah). Kesamaan suku didalam kedua negara ini membuktikan bahwa pada zaman dulu para leluhur kita tidak mempermasalahkan perbedaan suku bangsa. Perbedaan antara kita kemudian muncul dikemudian hari, dengan batas geografis yang ada sekarang. Ini membuat seakan akan masyarakat Indonesia tidak terima jika ada suku Jawa di Malaysia sehingga apabila itu terjadi maka Malaysia mengklaim budaya Indonesia. Hal serupa juga terjadi di Malaysia dimana mereka tidak menerima jika beberapa kawasan Melayu di Indonesia juga menggunakan budaya Melayu seperti mereka karena hal itu berarti mengklaim budaya Malaysia. 

Padahal zaman dulu tidak ada yang namanya budaya Indonesia ataupun Malaysia, yang ada hanya budaya Jawa, Bugis, Melayu, Minangkabau, Batak, Aceh dan sebagainya. Dan antara suku suku tersebut telah terjalin hubungan yang pasang surut seperti lumrahnya pergesekan antar budaya.

Permasalahannya adalah masyarakat Malaysia tidak pernah merasa mengklaim budaya Indonesia. Sedangkan Indonesia merasa Malaysia mengklaim budaya Indonesia. Padahal yang terjadi sebenarnya adalah ada sekelompok orang yang memang ingin membesar-besarkan isu budaya ini, demi kepentingan sendiri. Masyarakat suku Jawa dan sebagainya di Malaysia hanya mencoba mempertahankan adat budayanya di Malaysia. Sama seperti betapa janggalnya orang-orang Melayu di Indonesia jika menggunakan adat budaya Jawa, begitu juga masyarakat Jawa Malaysia yang merasa janggal menggunakan adat budaya Melayu. Kedua-dua suku ini hanya berusaha saling mempertahankan budayanya masing-masing, namun kini batas negara seakan menjadi penghalang kebebasan mempertahankan warisan turun temurun tersebut.

Fakta dilapangan terbukti ketika isu baru berkembang maka akan banyak pemberitaan yang memberitakan hal tersebut, namun apabila telah ada klarifikasi yang benar maka banyak media yang tidak memberitakannya. Begitupun para haters dari kedua negara yang langsung mengonggong ketika ada gesekan isu terbaru, namun saat para ahli sejarah dan budaya serta pemimpin dari kedua negara sudah mengklarifikasi kasus tersebut maka para haters menutup telinga masing-masing. Ini sama sekali perbuatan yang tidak bijak. Untuk para haters saya punya satu PR untuk anda. Masih ingat kisah Manohara? Kalau masih ingat, coba sekarang cari informasi mengenai Manohara di google.

Sebagai manusia memang kita selalu tertarik untuk mengetahui kasus-kasus yang secara psikologi membangkitkan emosional kita. Kenapa tidak membahas hubungan antara Ashraf dan Bunga Citra Lestari? Oh... mungkin karena mereka berdua terlalu romantis,  jadi kurang menarik.

Seandainya hubungan Indonesia dan Malaysia bisa seperti hubungan Ashraf dan BCL betapa majunya kedua negara ini. Indonesia dan Malaysia pasti akan menyambut 2020 nanti dengan gagah berani tanpa rasa was-was seperti sekarang ini.

Ashraf & BCL


Jika Indonesia & Malaysia Berperang Maka Yang Menang Adalah Amerika & Sekutunya

Kini Indonesia dan Malaysia secara pasti mulai bangkit dalam berbagai hal baik itu ekonomi, militer maupun ilmu pengetahuan. Hal ini secara langsung membuat negara-negara yang dulu pernah meremehkan kedua negara ini menjadi khawatir. Negara-negara seperti Inggris dan Belanda masih menyimpan kenangan manis saat masih berkuasa di Indonesia dan Malaysia. Mereka tidak mau kedua negara ini benar-benar maju dan mengalahkan kehebatan mereka. Mereka akan merasa malu jika Indonesia dan Malaysia sukses menjadi negara maju dan kuat.

Apabila terjadi perang antara Indonesia dan Malaysia maka tidak akan ditemukan pemenang perang yang sebenarnya hal ini mungkin akan serupa seperti apa yang terjadi antara Iraq dan Iran dalam beberapa hal. Karena pada saat Iraq berperang dengan Iran yang menjadi pemenang perang justru Amerika Serikat dan Sekutunya. Sangat besar kemungkinan hal yang sama akan terjadi antara Indonesia dan Malaysia apabila kedua-dua negara sampai berperang. Para haters dari kedua negara sangat berharap Indonesia dan Malaysia segera berperang, padahal mereka ini hanyalah orang-orang yang berfikiran dangkal yang tidak memikirkan masa depan. Mereka hanya orang-orang yang lebih mementingkan egoisme kampungan daripada kejayaan kedua negara.

Indonesia & Malaysia merupakan calon negara paling kuat di dunia. Indonesia & Malaysia tak pernah luput dari perhatian dunia. Sebaiknya kita mulai mengurangi volume permusuhan antara kita, karena permusuhan antara Indonesia & Malaysia sama sekali tidak mengakar jauh dalam aliran sejarah seperti konflik Serbia-Bosnia, Israel-Palestina ataupu konflik Iraq-Iran. Konflik Indonesia dan Malaysia hanya terlalu sering dibesar-besarkan dan terlalu sering dibumbui provokasi yang beralasan.
Mari kita sudahi persaingan yang menjurus kepada hal-hal yang saling membenci dan menghina seperti terjadi saat ini. Mari kita sama-sama membangun negara kita dalam perdamian dan kita tunjukkan pada dunia bahwa leluhur kita yang berasal dari darah yang sama itu, merupakan orang-orang yang hebat hingga melahirkan negara yang hebat seperti Malaysia dan Indonesia pada hari ini.

Sebenarnya Kita Sama-Sama Saling Membutuhkan

Data membuktikan ada lebih kurang satu juta penduduk Indonesia di Malaysia yang sedang bekerja mencari nafkah yang lebih layak. Bayangkan jumlah satu juta orang itu bukanlah jumlah yang kecil. Media tidak tertarik dengan perdamaian antara kedua negara ini, karena media selalu fokus pada rating sehingga apabila ada suatu kasus kejahatan majikan Malaysia terhadap pekerja dari Indonesia maka berita itu akan menjadi trending topik di Indonesia. Hal ini ternyata membuat sebagian penduduk Indonesia yang tidak mengenal Malaysia langsung marah-marah seakan melupakan ada satu juta penduduk Indonesia di Malaysia yang hidup aman dan tenteram. Coba kita berfikir sewajarnya, bahwa sebenarnya kejahatan majikan terhadap pekerjanya bukan hanya terjadi di Malaysia namun juga di seluruh belahan dunia. Tak peduli berasal dari latar belakang negara, suku dan agama apapun seseorang tetap saja ada perlakuan tidak adil seorang majikan kepada pekerjanya. Jangan jauh-jauh ada berapa banyak bos/atasan/majikan di Jakarta yang memperlakukan pekerjanya secara semena-mena namun hal ini tidak membuat kita benar-benar tersentuh, namun jika ada kasus pekerja kita dizalimi di Malaysia kita langsung marah-marah seolah satu juga penduduk Indonesia di Malaysia itu disiksa oleh seluruh masyarakat Malaysia.

Kalau tidak mau hal ini terjadi kembali, kita harus berbenah diri untuk membangun ekonomi negara supaya tenaga kerja yang kita kirim keluar negeri termasuk Malaysia adalah tenaga kerja terampil sehingga perlakuan kasar dari majikan dapat di minimalisir. Sebenarnya akan lebih baik lagi jika negara kita bisa menyediakan lapangan pekerjaan yang besar, sehingga tidak perlu lagi kita mencari pekerjaan di negara lain kalau dinegara sendiri sudah bisa mendapat nafkah yang memadai. Kita harus sadar kita yang bertandang ke Malaysia, kita yang menjadi pendatang di negara mereka, jangan sampai kesalahan oknum tertentu membuat kita lupa jasa-jasa baik Malaysia pada kita.

TKI di Malaysia dukung timnas, Sumber Gambar : www.kompasiana.com

Disisi Malaysia sebenarnya masyarakat Malaysia memang membutuhkan masyarakat Indonesia untuk menangani pekerjaan lapangan yang tidak digemari masyarakat Malaysia sendiri. Malaysia sangat membutuhkan tenaga kerja dari Indonesia untuk mencukupi kebutuhan tenaga kerja di Malaysia sehingga perekonomian Malaysia dapat tumbuh dengan stabil. Disisi Indonesia kita juga membutuhkan lapangan pekerjaan di Malaysia untuk mengumpulkan nafkah yang layak. Ini membuktikan kedua-dua negara sama-sama saling membutuhkan satu sama lain.

Analisa Kenapa Indonesia Tidak Harus Membenci Malaysia

Kalau dilihat dari kacamata seorang yang berfikiran jernih akan terlihat lucunya hubungan antara Indonesia dan Malaysia. Persis seperti orang yang pacaran. Istilahnya benci dan rindu. Beberapa kali mau putus namun gak jadi-jadi. Karena pada dasarnya saling cinta. Apa buktinya kalau Indonesia dan Malaysia sebenarnya saling cinta?

Lihat saja contohnya betapa ngetopnya film Upin Ipin di Indonesia. Kalau kita benar-benar membenci Malaysia kenapa banyak masyarakat kita yang suka menonton Upin-Ipin dari segala usia, bukan hanya anak kecil saja. Satu lagi saya contohkan, yaitu betapa senangnya kita pada Siti Nurhaliza, tak peduli apapun isu yang sedang berkembang antara Indonesia dan Malaysia, nama baik Siti Nurhaliza di negeri ini seperti tidak terusik.

Di Malaysia pula juga terjadi hal yang serupa. Walaupun di dunia maya kita melihat mereka saling adu argumen dengan Indonesia namun pada kenyataannya mereka suka mendengarkan lagu-lagu dari Peterpan, Armada ataupun D’Massive, bahkan sewaktu di Indonesia sedang ngetop-ngetopnya “Tegar” si pengamen jalanan yang jadi artis tersebut, di Malaysia juga terjadi hal serupa. Ketika sedang menikmati musik dan karya seni kedua negara seakan saling melupakan konflik antara masing-masing negara.

Hal ini membuktikan bahwa isu-isu permusuhan Indonesia dan Malaysia terlalu mengada-ada terlalu dibuat-buat. Masyarakat kedua negara selalu terpedaya oleh pemberitaan media yang tidak berdasarkan pada laporan yang baik. Karena itu memang sifatnya media yang ingin meraup keuntungan, berita yang memancing kontroversi pasti akan banyak mengundang perhatian daripada berita damai-damai dan itu-itu saja.

Unyil dan Upin/Ipin, sumber gambar : duniaspesial.blogspot.com

Untuk itu, saya sangat berharap kedua negara yang seperti orang yang sedang pacaran ini untuk tidak mudah diperdaya oleh pemberitaan yang memancing kita kearah permusuhan. Marilah berfikir dengan bijak dan jangan mudah terpancing. Jangan jadikan semangat nasionalisme sebagai alasan untuk membenci saudara serumpun. Sama sekali tidak ada gunanya Indonesia dan Malaysia saling membenci, justru akan lebih baik jika saling menghargai.

Kita lihat nanti pergelaran piala AFF 2016 di Myanmar dan Filipina, apakah Indonesia dan Malaysia akan bertemu? Tentunya akan sangat seru laga kedua negara ini, tapi ingat selepas pergelaran piala AFF jangan bawa-bawa persaingan di lapangan hijau didunia nyata.

Orang-orang Indonesia dan Malaysia yang saling menghina di dunia maya dan nyata, adalah para pecundang yang belum bisa memberikan prestasi kepada negara masing-masing. Semoga saja pemikiran masyarakat Indonesia dan Malaysia semakin genius dari hari kehari sehingga kita tidak mudah terpancing hal-hal murahan yang dapat merusak citra masing-masing negara kita. Ingat! Indonesia dan Malaysia merupakan negara terkenal di seluruh dunia ini, mari sama-sama jaga nama baik negara masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar