Sejarah Asal Usul Batu Hajar Aswad
Batu Hajar Aswad merupakan batu yang sering terdengar di telinga kita umat Muslim. Batu Hajar Aswad sering terdengar bagi saudara-saudara sesama Muslim yang telah mengunjungi Tanah Suci. Dalam beberapa tayangan di televisi terkadang kita menyaksikan orang-orang berebutan untuk menyentuh dan mencium batu Hajar Aswad. Bahkan ada sebagian orang yang menyiapkan kain khusus untuk diusapkan ke Batu Hajar Aswad untuk mendapatkan aroma bau wangi dari minyak wangi yang dioleskan di Batu Hajar Aswad tersebut.
Asal Usul Batu Hajar Aswad
Sejarah Batu Hajar Aswad membawa kita kembali kepada rangkaian kejadian masa lampau. Bahkan ada yang mempercayai bahwa kisah Hajar Aswad itu sama tuanya dengan kisah Adam dan Hawa. Untuk menilik sejarah batu Hajar Aswad ada baiknya kita melihat literatur berkaitan dengan kisah ini. Berdasarkan hadist riwayat HR. Tirmidzi, Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
“Hajar aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam”.
Dari hadist ini kita mendapat informasi bahwa Batu Hajar Aswad bukanlah batu biasa seperti yang ada di bumi pada umumnya, melainkan Batu Hajar Aswad berasal dari surga. Batu ini seolah pencitraan dari perjalanan umat manusia didunia, karena pada awal diturunkannya ke dunia Batu Hajar Aswad semulanya berwarna putih. Lalu dosa-dosa umat manusia lah yang membuat batu itu hingga akhirnya menjadi hitam seperti sekarang. Bahkan mungkin akan terus bertambah pekat hitam warnanya seiring perjalanan hidup umat manusia didunia yang tidak terlepas dari kesalahan dan dosa-dosa.
Dalam hadist lain Tirmidzi berbunyi :
“Demi Allah, Allah akan mengutus batu tersebut pada hari kiamat dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki lisan yang bisa berbicara dan akan menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya.”
Dari hadist ini kita mengetahui bahwa kelak di hari kiamat Batu Hajar Aswad akan menjadi saksi bagi orang-orang yang pernah menyentuhnya. Disini kelihatan bahwa Batu Hajar Aswad merupakan sebuah batu yang memiliki pengaruh besar.
Untuk lebih menerangkan tentang betapa pentingnya Batu Hajar Aswad, kemudian kita mendapat informasi dari Khalifah Umar Al-Khattab, dimana ketika beliau mencium Batu Hajar Aswad beriau berujar.
“Aku tahu, sesungguhnya engkau hanyalah batu biasa. Andai aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu, sudah tentu aku tidak akan melakukannya.”
Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Batu Hajar Aswad memang penting bagi umat Muslim karena di hari kiamat kelak Batu Hajar Aswad akan menjadi saksi bagi umat manusia. Namun, rasa hormat kita kepada Batu Hajar Aswad tidak boleh berlebihan dan jangan sampai menuju kearah pemujaan. Karena bagaimanapun Batu Hajar Aswad hanyalah sebuah batu. Yang membuat batu ini menjadi luar biasa adalah karena kehendak ALLAH.
Sebenarnya Adam dan Batu Hajar sama-sama berasal dari surga sebelum kemudian turun ke bumi. Jika Adam dan Hawa diturunkan kedunia karena kekhilafan, Batu Hajar Aswad diturunkan kedunia sebagai sebuah peringatan kepada manusia dari asal muasalnya. Dari putih menjadi hitam, dari surga yang seharusnya kembali lagi ke surga.
Batu Hajar Aswad dikisahkan ditemukan oleh Nabi Ibrahim AS, ketika sedang membangun Ka’bah. Ketika itu Nabi Ibrahim sedang berusaha mencari bebatuan yang sesuai untuk membangun tempat ibadah bagi orang-orang beriman. Pada saat pengerjaan terakhir pembangunan Ka’bah, Nabi Ismail berusaha mencari komponen bebatuan yang sesuai dengan apa yang difikirkan Ayahnya (Nabi Ibrahim). Dan pada saat itulah Malaikat Jibril datang kepada Nabi Ismail memberikan sebuah batu putih yang indah. Kemudian batu tersebut dibawa kepada Nabi Ibrahim, ketika nabi Ibrahim bertanya kepada Nabi Ismail darimana batu tersebut didapatkan, Ismail menjawab “aku menerima ini dari seseorang yang tidak akan membebani anak cucuku maupun anak cucumu (Jibril)” mendengar itu, Nabi Ibrahim yang menyadari bahwa batu tersebut berasal dari ALLAH atas perantara Malaikat Jibril langsung mencium batu itu dan diikuti oleh Nabi Ismail.
Dikatakan bahwa batu itu disebut dengan nama Hajar Aswad, bukan karena batu tersebut berwarna hitam. Karena pada saat ditemukan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail batu tersebut berwarna putih. Nama Hajar Aswad digunakan merujuk pada istri nabi Ibrahim yang bernama Siti Hajar yang kulitnya berwarna kehitaman. Dan ternyata dikemudian hari warna putih cerah dibatu tersebut berganti menjadi hitam sebagai representasi dari dosa-dosa umat manusia , Aswad dalam bahasa Arab berarti Hitam, Hajar dalam bahasa Arab berarti Batu.
Perebutan Batu Hajar Aswad
Batu Hajar Aswad yang demikian tersohor sejak zaman Nabi Ibrahim ternyata menjadi daya tarik bagi setiap orang disetiap masa. Ini terbukti pada saat orang-orang beriman mulai berkurang, batu itu akhirnya dikuasai oleh berbagai macam kaum sebelum kemudian jatuh kepada kaum Qurays. Kaum Qurays menganggap batu Hajar Aswad sebagai batu yang sakral, dan menganggap bahwa Batu Hajar Aswad dapat mendatangkan keajaiban bagi mereka seperti berhala-berhala lain yang mereka sembah. Hingga pada suatu hari Nabi Muhammad pernah menyelesaikan perselisihan antara kepala suku Qurays, saat mereka berebut untuk memindahkan batu ke suatu tempat. Nabi Muhammad pada saat itu hadir sebagai penengah dengan mengeluarkan ide untuk menggunakan kain dan meletakkan batu tersebut ditengah tengah kain yang setiap ujung kain itu dipegang oleh para pemimpin dari suku yang terlibat perselisihan. Jalan keluar Nabi Muhammad ini telah membawa nama Nabi Muhammad menjadi semakin terkenal di Mekah sebagai seorang yang adil.
Dikemudian hari batu ini juga sempat pecah saat terjadi konflik di Mekah paska wafatnya Rasulullah. Bahkan Batu Hajar Aswad juga pernah dicuri oleh orang-orang dari Qaramithah selama 22 tahun lalu dikembalikan lagi pada tempatnya semula.
Dari sekian banyak konflik yang berkaitan dengan Batu Hajar Aswad telah membuktikan bahwa Batu Hajar Aswad bukanlah batu biasa. Ini membawa para ilmuwan tertarik untuk melakukan penelitian terhadap batu Hajar Aswad.
Penelitian Batu Hajar Aswad
Penelitian menganai Batu Hajar Aswad menyimpulkan bahwa Batu Hajar Aswad merupakan batu meteorit. Meskipun para ilmuwan masih saling adu argumen tentang hal ini yang jelas para ilmuwan menyimpulan bahwa Batu Hajar Aswad bukanlah batu yang berasal dari bumi melainkan dari luar Bumi. Sebagai Muslim kita tentu hal ini semakin memperteguh iman kita. Karena kalau memang Hajar Aswad merupakan batu meteorit kenapa tidak ada batu yang sejenis dengannya didunia ini, padahal ada banyak atau mungkin ribuan batu meteor yang jatuh di bumi sejak 100.000 tahun yang lalu tetap kenapa hanya ada satu batu Hajar Aswad. Sebagai contoh batu Termalin dan Bilitonite yang konon juga merupakan pecahan meteorit. Kedua jenis batu ini terdapat di Indonesia dan belahan bumi lainnya seperti di Pakistan dan Swedia. Tetapi mengapa hanya ada satu batu seperti Hajar Aswad? Jelaslah sudah bahwa batu Hajar Aswad berasal dari galaksi lain diluar galaksi Bima Sakti dan Andromeda. Iya, Batu Hajar Aswad berasal dari surga. Karena kalau tidak berasal dari Surga tentulah banyak batu yang secara komponen kimiawinya sama dengan batu ini.
Hajar Aswad Bagi Seorang Muslim
Hajar Aswad bagaimanapun hanyalah sebuah batu biasa ketika dilihat dengan mata biasa. Tetapi ketika kita mengetahuai bahwa Batu Hajar Aswad adalah batu yang berasal dari surga dan Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad mencium batu ini, ini yang menjadikan batu dari surga ini luar biasa.
Sebagai seorang Muslim, kita harus menghormati segala sesuatu ketentuan ALLAH termasuk diturunkannya manusia dari surga ke dunia dan diturunkannya batu hajar Aswad dari surga kedunia ini. Di surga kelak kita akan melihat Batu Hajar Aswad kembali kepada warna aslinya, jika didunia kita tetap beriman kepada ALLAH.
Kita menghormati Batu Hajar Aswad bukan berarti kita menyembahnya. Kita menyayangi batu Hajar Aswad dan kita menghargai batu surga yang diturunkan ALLAH untuk mengingatkan kita tentang kuasaNYA.
Ketika sebagai Muslim kita mencium Batu Hajar Aswad itu bukan berarti kita takut dengan kuasa batu tersebut, tetapi lebih kepada rasa sayang kita kepada pemberian ALLAH, kalau boleh disamakan, apakah ketika kita mencium anak kecil itu berarti kita takut atau merendahkan diri kepadanya? Jawabannya tidak, ketika kita mencium anak kecil itu berarti kita sayang kepadanya terlebih kurang sama ketika kita mencium batu hajar Aswad. Membuktikan betapa sayangnya kita Batu Hajar Aswad, karena yang paling kita takuti, kita sayangi dan kita sembah di alam raya ini hanyalah ALLAH dan semoga kelak di surga kita bertemu kembali dan melihat batu-batu yang sejenis dengan Batu Hajar Aswad lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar